Untuk Diriku

Hari ini Bunda kontraksi.
Merasa cemas-cemas panik menantikan kedatangan diriku
Tak luput ada juga Ayah yang sedang mendukung Bunda walaupun dirinya pun (sebenarnya) ikut tak tenang
Aku sedikit iseng saat itu, masih nyaman dengan ruang berlapis yang ada di dalam tubuh Bunda
Hingga Matahari saja lelah menunggu

Selepas senja, suara tangis pecah,
Aku rewel.
Mungkin karena baru pertama kalinya merasakan suasana di alam ini
Kurang hangat seperti rumah ku yang dulu

Dua puluh tahun berlalu..
Hari ini masih sama seperti dua puluh tahun yang lalu
Namun dengan suasana dan fisik yang berbeda.

Mungkin, cita bukan tentang digantung setinggi langit.
Cinta juga bukan tentang kesenangan sesaat dibeberapa pihak.
Harapan pun bukan tentang kebisuan yang ditelan mentah-mentah.
Coba hilangkan kata "bukan" diketiga nya..

Tidak, masa-masa itu sudah lewat. Aku harus menyadari bahwa kata "bukan" sudah terbentuk mulai hari ini.
Aku pasti bisa.
Bunda dan Ayah saja bisa melewati masa cemas-cemas panik dan tak tenang yang dahulu
Walaupun Matahari tak mampu menunggu, santai saja, akan ada Bulan yang menyambutku.


Tulisan ini dibuat sebagai hadiah dari diriku, oleh diriku, untuk diriku.
Bukan, ini bukan demokrasi.
Ini mengenai diri sendiri yang mencoba menerima bahwa masih banyak tugas yang menanti dikemudian hari.
Hahahahahahah bukan deng, sebatas tuk membahagiakan diri saja.


P.s: terima kasih buat mas satpam -gue gatau namanya siapa- yang ngucapin "selamat ulang tahun ya.." pertama kali dihari ini wkwkwkwkwkkwkw
Bts:
*pagi-pagi gw ketemu mas satpam di depan pintu lobby kampus.
"pak hari ini saya ulang tahun!"
"ohya? Selamat ulang tahun ya.."
Agak maksa ya gw.. Hahahahahahaa

Komentar

  1. Happy birthday my kadiv penyiaran dan menulis!! As always tulisan lu simple tapi bagus yaay

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbenah Diri

Hasil Akhir Pemilu: Demokrasi Tumbuh

Dicari: Hadirnya Jiwa dan Raga