Bayang-Bayang
Ini kisah tentang bayang-bayang
Yang luput dari keramaian
Yang hadirnya tidak diindahkan
Ketika itu, kami berjalan beriringan
Aku dan bayang-bayang
Aku mencoba mengetes dengan serangkaian kegiatan
Untuk mengelabuhinya
Namun yang terjadi;
Kala aku bermain ponsel, dia ikut membeo
Kala aku bercengkrama dengan ibu, dia malah mengekor
Kala aku bergumul bersama teman-teman, dia turut menguntit
Kesal, tak sesuai rencana, aku mengguntingnya
Menggunting bayang-bayang
Ku potong sambungan dari kedua kaki yang menjadi jembatan
kami beriringan
Ku tinggalkan ia di belakang rumah,
Kaku dan beku
Keesokkannya aku bangun dan kembali beraktivitas
Aku berjalan sendirian
Kali ini hanya aku
Saat bermain ponsel, aku sendiri
Saat aku bercengkrama dengan ibu, aku juga sendiri
Saat aku bergumul bersama teman-teman, aku berdiri sendiri
Rasa-rasanya ada yang pergi
Kembali ku ke belakang rumah untuk mengengok bayang-bayang
Tapi yang ku temukan;
Ketiadaan,
Ketiadaannya
Kaki ku bergerak lunglai ke beranda rumah
Bayang-bayang lenyap
Bayang-bayang lesap
Bayang-bayang, sudah menghilang
Percobaanku memang berhasil, namun sekarang aku merasa sedang
diuji.
Umpatan kasar terucapkan dariku untukku
“Bodoh! Lihat apa yang kau perbuat.. Kau malah bermain
dengan percobaanmu. Akhirnya apa? Kau juga kan yang menyesal!” ucapku sendiri
sembari menghela nafas.
Tak sadar dari balik punggungku, ada sesuatu yang muncul
Dari mengerdil hingga bermega
Ia mendekapku
Sebuah dekapan yang sudah ku kenal sejak lama, yang
akhir-akhir ini ku rindukan
Ya bayang-bayang
Ia kembali
Tangisku pecah sambil berbalik memeluknya
Setelah itu ku segerakan mencari perekat untuk menjahit kembali
jembatan kami berdua
Agar kembali beriringan
Aku dan bayang-bayang
Komentar
Posting Komentar