Yuk, Selangkah untuk Punya Buku Sendiri!

PORTALKUNING.COM - Manusia hidup dengan beragam kegiatan yang dilakukan. Pengalaman dari kegiatan-kegiatan yang didapatkannya setiap saat bisa menghasilkan berbagai macam ide, kesan, serta pemaknaan sesuai cara pandangnya sendiri.

Biasanya ide-ide datang secara tiba-tiba sampai terkadang kita lupa bahwa kita pernah punya ide sekeren itu. Cara termudah untuk menyimpan ide salah satunya dengan menulis. Ya mulailah untuk menulis! Di ruang kelas, di kereta sambil menikmati perjalanan pulang, di bawah pohon rindang, di mana saja kapan saja saat ide itu muncul.


Nah bukan hanya menulis untuk diri sendiri saja, namun menulislah untuk orang lain. Catatan-catatan ide akan menjadi draft yang bersarang laba-laba jika dibiarkan menumpuk digadget atau buku catatan saja. Untuk itu mari kita tuangkan dalam sebuah buku yang dapat dijual supaya bisa dibaca banyak orang!

Proses menulis sudah dilakukan, ide-ide sudah dituangkan ke dalam draft buku dengan rapih dan tersusun, namun ada satu proses lagi yang kurang. Bagaimana cara supaya tulisan ini bisa tersebar luas? Bagaimana cara supaya orang lain bisa tahu soal tulisan kita? Hmm..

Adalah dengan mencetaknya dan dijadikan sebuah buku fisik yang pantas dijajakan di toko buku. Berikut, Portalkuning merangkum dua buah jenis penerbit yang ada di Indonesia yaitu penerbit mayor dan penerbit indie.

1.Penerbit Mayor
Siapa yang tak kenal Gramedia Pustaka Utama, Penerbir Mizan, dan Grasindo, mereka adalah salah tiga contoh penerbit mayor yang sudah membuat banyak buku tersusun rapih di rak toko. Jenisnya mulai dari novel, komik, biografi, antologi dan lain-lain.

Penulis yang ingin menerbitkan karyanya harus bersaing dengan banyaknya naskah yang mengantre di meja seleksi. Biasanya naskah-naskah tersebut dikirim berupa hard copy ke alamat penerbitnya secara langsung dan beberapa cukup dengan mengirimkan lewat email penerbit. Jika naskah sudah dirasa oke, penerbit mayor akan mencetak ribuan eksemplar buku agar bisa tersebar dibanyak toko buku.

Buku Raditya Dika seperti Cinta Brontosaurus, Marmut Merah Jambu dan Manusia Setengah Salmon diterbitkan oleh Gagasmedia. Bentang Pustaka juga membantu mendistribusikan novel Edensor, Sang Pemimpi dan Ayah yang dibuat oleh Andrea Hirata. Banyak penulis yang lebih terekspose ketika karyanya dibantu oleh penerbit mayor.
Beberapa buku terbitan penerbit mayor (dok.naya)
Namun tidak perlu khawatir, untuk kita yang masih pemula dan khawatir tidak dapat bersanding dengan penulis-penulis besar di meja seleksi, ada alternatif lain untuk mendistribusikan karya. Yakni dengan penerbit indie.


2. Penerbit Indie
Penerbit indie adalah salah satu solusi kita untuk menerbitkan karya tanpa perlu pusing dan cemas ditolak penerbit mayor. Beberapa penerbit indie yang cukup dikenal masyarakat luas seperti deepublisher, LeutikaPrio dan Indie Book Corner. Penerbit-penerbit indie ini memberikan paket yang membantu penulis muda untuk menyusun bukunya, seperti layout, cover buku serta editing naskah. Atau ada juga yang memang hanya mencetaknya saja seperti pesanan dari penulisnya sendiri.

Seperti yang diberikan Indie book corner, penerbit indie asal Yogyakarta ini memberikan kebebasan kepada penulisnya untuk menggunakan jasa editor atau hanya sekedar cetak saja. Mereka menerima buku berupa soft file melalui email redaksi dengan format ketentuan yang ada diwebsite mereka.

Selanjutnya kita bisa memilih mau mencetak berapa banyak buku, tidak seperti penerbit mayor yang besar-besaran dalam mencetak buku. Hal ini membuat penulis harus berjuang lebih keras lagi untuk promosi karena mereka akan bersaing dengan buku-buku dari penerbit mayor yang jumlahnya lebih banyak dan tersebar di mana-mana.

Portalkuning sempat mewawancarai salah satu penulis muda yang memilih untuk menggunakan jasa penerbit indie, yakni Afifah Karim. Penulis tahun kelahiran 1998 ini memang gemar menulis dan sudah melahirkan buku berjudul Filosofi Langit.

Fifah, nama panggilan Afifah, memilih penerbit bitread untuk membantu menerbitkan karya pertamanya. "Mau coba untuk pertama kalinya dan lebih yakin dibitread" ujar perempuan yang memiliki akun instagram @filosofilangit

"Sebelumnya pas SMA pernah ke penerbit mayor gak diterima, jadi mau coba lagi dibuku kedua nanti" lanjutnya.

Penulis yang menyiapkan naskahnya dari bulan Agustus 2018 hingga Januari 2019 ini sudah menjual Filosofi Langit ke teman-temannya. "Goals lahir buku ini memang sebagai hadiah pembuktian ke orang-orang tersayang, jadi belum ada target pendistribusian secara luas".

Hingga saat ini Afifiah masih melakukan promosi kepada teman-temannya, ia akan meminta penerbit mencetak bukunya tiap kali ada orang yang memesan. Selain itu Filosofi Langit bisa ditemukan diwebsite penerbitnya langsung, bitread.com.

Itulah dua jenis penerbit yang ada di Indonesia. Namun sebelum memilih untuk mayor atau indie, kita harus melihat ketentuan penerbitan yang diberikan oleh penerbit itu sendiri. Akan ada pembahasan mengenai hak cipta serta royalti yang menjadi isu hangat dikalangan para penulis.

Walaupun begitu, kita juga bisa kok mencetak buku sendiri dengan self publishing. Lakukan editing, buat cover buku, layout sendiri lalu cetak dan jual sendiri. Dengan begitu, ada ide yang bisa tersampaikan dalam sebuah buku fisik tanpa perlu repot-repot memikirkan MoU dengan penerbit, was-was dengan tahap seleksi hingga waktu yang lama untuk menunggu buku siap cetak.

Akhir kata, akan menarik sekali pastinya jika pengalaman serta ide kita dibaca banyak orang. Apalagi jika kita sebarluaskan serta bermanfaat untuk orang lain. Selain itu, buku yang kita buat nantinya bisa menjadi pengingat bahwa kita pernah hidup dengan gagasan, impian, dan kreativitas seperti yang dituangkan dalam buku tersebut. Jadi tunggu apalagi, yuk punya buku sendiri! (NAM)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbenah Diri

Hasil Akhir Pemilu: Demokrasi Tumbuh

Dicari: Hadirnya Jiwa dan Raga