Kembalikan Guru Kami
Sebagian
besar waktu yang dihabiskan oleh siswa adalah di sekolah. Tidak dipungkiri
bahwa sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa. Sekolah pada dasarnya sering
diungkapkan sebagai taman. Taman adalah tempat belajar yang menyenangkan. Tapi
mengapa sekarang banyak yang salah mengartikan sekolah? Mengapa hanya yang
punya kekuasaan yang berhak mengatur segalanya tanpa pertimbangan berbagai
pihak?
Kamis
sore itu, aktivitas di sekolah tidak terlalu ramai, karena kegiatan belajar
mengajar sudah berakhir. Hanya sebagian siswa dan guru yang masih berada
disana. Seorang guru keluar dari ruangan sambil memegang map merah dan berjalan
dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba, segerombol siswa datang menghampirinya.
"Pak,
beneran bapak dimutasi?"
"Hehe
iya nih"
Sontak,
siswa-siswa tersebut panik dan segera memberi tahu yang lain. Hingga air mata
mulai berjatuhan dari masing-masing siswa.
"Gak
mauuu. Jgn dimutasi pak. YaAllah"
"Gak
adil pak. Kenapa bisa dimutasi?"
Mereka
semua menangis dalam setumpuk pertanyaan yang belum terjawabkan.
Selang
beberapa saat, beberapa guru pun mulai terlihat. Dan ada lagi guru yang
dimutasi. Matanya menunjukan raut wajah sedih, dan merah yang menandakan air
matanya juga ikut menjadi saksi kesedihannya.
Segerombol
siswa tadi pun segera tahu bahwa beliau juga telah menjadi korban mutasi
tersebut.
Mereka,
dua dari guru terbaik yang pernah dimiliki oleh sekolah tersebut. Tak heran
jika keesokan harinya animo dari siswa begitu besar. Dibuatnya banner yang
berisi tanda tangan seluruh siswa kelas 12. Dan mereka menyatukan seluruh tanda
tangan siswa satu sekolah untuk merujuk kepada penolakan mutasi guru.
"Terpujilah
wahai engkau ibu bapak guruuu.. Namamu akan selalu hidup dalam
sanubarikuu.."
Lagu
itu berkumandang dengan lantangnya di latai 4 hingga membuat sebagian guru yang
melihat terisak. Disana terlihat bagaimana rasa cinta siswa ditunjukkan kepada
gurunya. Hingga saat yang tidak diinginkan pun terjadi, beberapa guru
mengantarkan 2 orang guru yang dimutasi ke sekolah yang dituju. Sontak semua
murid turun kebawah sambil melarang kepergiannya. Tak heran, kedua guru
tersebut adalah guru terbaik yang mereka punya.
Mungkin
ini hanya sebagian kecil dari aksi yang menunjukan kecintaan siswa terhadap
gurunya. Mereka berani mengambil resiko demi guru yang disayangnya.
Mereka
siswa, mempunyai hak untuk berbicara.
Mereka
siswa, mempunyai hak untuk didengarkan.
Mereka
siswa, yang bukan dituntut untuk "ikuti kalo itu perintah", tapi
mereka punya hak untuk mendapat penjelasan.
Mereka
siswa dan guru, yang benar-benar terjun dalam pendidikan, bukan hanya serta
merta mengikuti sistem. Mereka yang memiliki peran penting dalam pendidikan.
Mutasi
ini menimbulkan beban psikis untuk para siswa. Bagaimana tidak, guru yang
dimutasi adalah walikelas untuk kelas 12, dan mereka mengajar dalam mata
pelajaran penting yang terdapat di UN. Yang terlebih penting lagi, mereka bukan
hanya mengajar ilmu sekolahan tapi juga ilmu kehidupan.
Bisakah
kalian mempertimbangkan sesuatu kepada semua pihak apalagi kepada yang sangat
terkait dalam kebijakan tersebut, sebelum kalian membuat wewenang.
Karena
mereka siswa bukan kertas kosong yang hanya bisa ditulis sembarangan dan diisi
dengan sistem yang belum tentu benar. Mereka punya cita-cita dan masa depan
sendiri.
#Kembalikangurukami
-NadiyaAyuMuthmainah
*sumbergambar: path
Sedih kalo dibayangin mah... :"(
BalasHapusKEMBALIKAN GURU KAMI :(
BalasHapusBagaikan orang tua yang terpisahkan dalam hidup,selama kita masih bernyawa lakukan yang terbaik demi mendapat kembali senyum mereka dan buat mereka bangga atas hasil yg kita capai,Murid bukan robot jelas.sembari belajar kita butuh kasih sayang,belajar hanya sekadar materi itu hanyalah omong kosong namun belajar dengan membuat ikatan bersama guru kita terasa luar biasa,daun yang terjatuh tidak pernah membenci angin ~
BalasHapusJANGAN MUTASI GURU KAMI:( KEMBALIKAN GURU KAMI:(:(
BalasHapusPa ikhsan.. pa catur :(
BalasHapusNasibnya sama banget kayak aku. Tapi kalau sekolahku yang diambil adalah 6 guru terbaik yang 4 dari 6nya adalah wali kelas 12 dan 4 diantara 6 adalah guru pelajaran UN. Sedih banget ya :")
BalasHapus