Beda Cara Aja
Presiden memberikan kesempatan para aktivis 98 untuk
merasakan posisi sebagai menteri, duta besar atau posisi di BUMN.
Awalnya aku senyum terus tertawa karena salah satu tokoh
yang digaung-gaungkan namanya berkomentar, “Saya gak kuat jadi menteri kalau
presidennya Jokowi, capeknya ampun”
(TEMPO, 16/06/19)*. Tertawa karena beberapa hal sih, tapi kali ini aku
gak mau bahas itu.
Setelah baca berita itu, aku menjelajahi dunia google dengan
keyword “aktivis mahasiswa sekarang”. Banyak artikel yang isinya perbandingan
mahasiswa jaman sekarang dan jaman dulu. Manusia suka sekali
membanding-bandingkan ya.. Hahahahahha. Aku baca baca tiap artikel dalam dua
halaman di mesin pencarian, ternyata pertanyaan “Kemana mahasiswa jaman
sekarang? Mana nih aktivis mahasiswa?” sering banget muncul.
Momen para aktivis mahasiswa jaman dulu yang pernah menggulingkan
kepala pemerintahan jadi contoh kebanggaan mahasiswa. Mereka mungkin saat itu merasa
ada yang salah dengan kepemerintahan jaman 98 dan merasa perlu melakukan itu. Dan
tidak salah kok.
Terus aku ingat omongan temanku, dia bilang, harus ada
peperangan dulu kalo ingin ada perubahan. YAA, setuju! Layaknya aktivis mahasiswa
98 dengan reformasi-nya kan?
Lalu mana aksi aktivis mahasiswa jaman sekarang?
Sepertinya, hari ini pemerintahan tidak terlalu krisis
sampai dirasa perlu digulingkan. Demo-demo dari mahasiswa pun juga cukup untuk
membela kalangan masyarakat tertentu yang merasa dirugikan. Banyak sekali
‘demo’ dengan cara kita (mahasiswa jaman sekarang) yang mungkin tidak disadari
sama mereka (mahasiswa jaman dulu).
Dari sisi pandanganku, untuk saat ini yang paling rawan dan patut
diperjuangkan adalah isu SARA, krisis toleransi dan sejenisnya. Hal-hal kaya gitu bisa memicu perang kan? Sampai aku
malah berpikir; bisa gak ya kita demo ke masyarakat? Karena ini menyangkut
semua pihak.
Terlepas dari tujuannya, mahasiswa jaman sekarang sudah
cukup membantu melakukan ‘demo’ versi mereka sendiri kok. Misalnya, ada lho
mahasiswa yang membuat kampanye mengenai literasi media, toleransi antar
budaya, bahkan sampai memiliki gerakan-gerakan tertentu yang sudah melalang
buana di Indonesia.
Aku rasa, menjadi seorang aktivis mahasiswa tidak hanya
dilihat saat dia melakukan demonstrasi di depan gedung pemerintahan sambil
teriak-teriak “memperjuangkan hak rakyat”, tapi juga tentang tindakan-tindakan
yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup suatu bangsa, dengan berbagai caranya
masing-masing. Beda cara aja..
Udah ah aku cuma mau ngomong itu aja, semoga kita bisa melakukan perubahan ya..
#nasinaya
Nasinaya adalah tulisan yang isinya nasihat sotoy tak abadi. Bisa ngenyangin otak buat sementara waktu, sambil nunggu lauk pauk yang masih dimasak
Komentar
Posting Komentar