Untittle (part 3)

          Sinar matahari yang menyinari dengan silaunya masuk kedalam kamarku melalu celah-celah jendela telah membangunkanku dipagi hari ini. Kudapati memo yang ditulis oleh Kemal malam tadi. Agak kecewa karena dia menganggapku “Sist” bukan “Gf”. Tapi tak apalah, aku pun mengabaikan memo tersebut.

                                                          ***

          “Cukup Mal! Lo gak capek apa nyapa gue terus?” tanyaku dengan kesal.
          “Abis lu gitu sih. Ayodongg Mel kita baikan” bujuk Kemal.
          “Apaansih, orang gue gak marah” ucapku.
“.......”


“Selamat pagi anak-anak” sapa Bu Dias, guru Sejarah.
“Selamat pagi Buu” jawab anak-anak dengan kompak.
“Kemarin sudah Ibu beri tugas untuk memahami kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Ayo siapa yang mau maju? Hm, Kemal saja deh” tanya Bu Dias lalu menunjuk Kemal yang daritadi ngobrol dengan Riza.
“Saya Bu?” jawab Kemal dengan bingung.
“Iya cepat!”
“Hm, kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha di Indonesia. Ehm, merupakan kerajaan maritim dengan pasukan angkatan laut terkuat pada masanya. Ehm, raja yang terkenal adalah raja dari keturunan Dinasti Syailendra, merupakan anak dari pasangan Kemal dan Melody, yang bernama Dovi” cerita Kemal dengan asal.
“Lah gue?” tanya Dovi dengan bingung.
“Hahahahahahahahhahahhhahahha” kelas pun pecah mendengar jawaban dari Kemal dan Dovi.
“Hidup Raja Dovi!!” ucap Akbar.
“Hidupppp!!!!” seru anak-anak.
Aku hanya bisa tersenyum mendengar cerita karangan Kemal.
“Hei sudah Kemal, kamu dapat refrensi dari mana soal silsilah Dinasti Syailendra?” tanya Bu Dias.
“Hmm, maaf Bu. Saya gak belajar tadi malam. Abisnya saya mampir dulu ke rumah Melody. Terus ketiduran. Eh bangun-bangun jam 8 malem, terus pulang ke rumah udah sampe jam setengah 9. Terus saya niatnya mau megang buku Sejarah, tapiii kasur saya udah narik saya gitu Bu. Nyuruh saya tidurin. Yaudah deh...” jelas Kemal dengan panjang lebar.
Omaygattt, kenapa Kemal harus cerita kalo dia ketiduran. Duh untung gak bilang kalo ketidurannya di kamarku.
“Wakakakakkakaa” tawa anak-anak menyeruak kembali.
“Kenapa sekarang jadi sesi curhat ya?” Tanya Bu Dias. “Sudah, duduk kembali. Coba Cindy, jelaskan apa yang kamu pelajari tadi malam” perintah Bu Dias.

                                                ***

“Hei Son, gua boleh duduk disini gak?” tanya Kemal yang berada didepan Sonya, jaraknya tidak terlalu jauh denganku. Jadi aku bisa mendengarkannya.
“Iya duduk aja Mal” jawab Sonya dengan senyum.
“Nanti pulang bareng siapa?” tanya Kemal kepada Sonya.
“Sama anak-anak paling naik angkot. Hahah” ucap Sonya dengan senyumnya yang manis.
“Yaudah pulang bareng gua aja. Sekalian gua mau minjem buku matematika. Plis yaa” pinta Kemal dengan wajah sok melas.
“Serius nih? Yaudahdehh” jawab Sonya.
“Sampai nanti Son” ujar Kemal dengan senyum dan berjalan keluar mengarah ke kantin.

                                                ***

“Oh shit! Kemal sudah mulai pdkt dengan Sonya. Apa yang harus ku perbuat? Ah, bukankah ini rencana awalku, untuk menyatukan Sonya dan Kemal? Tapi mengapa hati ini tak kuasa menahan amarah dan perih” batinku.

                                                ***

Aku perhatikan, makin lama Kemal dan Sonya mulai akrab. Dan Kemal memberi sinyal ke Sonya bahwa dia suka dengannya. Tapi Sonya belum menyadari itu.
Kelas ini berisi 40 siswa dan saat istirahat suara gaduh terdengar karena banyak siswa yang berbincang-bincang, bermain, dan adapula yang berteriak. Tapi mengapa aku merasa sendiri? Hatiku kosong. Padahal banyak orang disekitarku yang mengajakku berbincang. Tapi mengapa....

Siang itu sudah kedelapan kalinya Kemal pulang bareng dengan Sonya. Banyak alasan agar dia bisa mengantarkan Sonya pulang. Sebagai sahabat, aku merasa Kemal meninggalkanku dan berpaling ke Sonya. Itulah mengapa aku sekarang dekat dengan Akbar. Supaya aku bisa menghilangkan rasa ‘kesendirianku’.
Tapi Kemal dan Akbar berbeda. Kemal lebih terbuka dan pengertian, sedangkan akbar agak cuek. Dulu Kemal lah yang bisa membuatku bangkit karena persoalan keluargaku yang kacau. Cuma Kemal yang bisa membuatku tersenyum, tertawa bebas. Cuma Kemal yang bisa membuatku ‘hidup’ kembali.

                                                ***

Dreeet dreeet dreet. Itu getaran hpku. Kuambil hp yang ada diatas kasur dan membukanya.
Kemal: *PING!!!*
Kemal: *PING!!!*
Kemal: *Mel, gua udah jadian sama Sonya dong. Ucapin kekk!*
Kemal: *Lo mau gua traktir apa? Kata Sonya, lo yang ngeyakinin dia kalo gua cocok buat jadi cowonya*
Dengan hati perih, ku terpaksa menjawab bbm dari Kemal.
Melody: *Congrats yeayy! Gue ikut seneng kok*
Kemal: *Thanks*
*beberapa menit kemudian*
Kemal: *Kok lo gak nanya-nanya gitu dah*
Melody: *Nanya-nanya apaan?*
Kemal: *Lu kan biasanya protektif banget sama gua*
Melody: *Haha, kan udah ada Sonya*

Bbm terakhirku hanya diread. Setelah itu, aku hanya merenung dalam kesendirian ditemani rintik hujan, dan terbuai dalam alunan Maliq n D’essentials – Kangen

                                                ***

“Double date yukkkk!” ajak Kemal kepadaku, Akbar, dan Sonya.
“Ohhhhhh, jadi kalian berdua udah... Tjiyeee!” jawab Sonya.
“Belomannnn” jawab Akbar. Aku yang disebelahnya hanya tersenyum.
“Yaudah sekalian pdkt lu berdua. Ayolah double date” bujuk Kemal kepadaku dan Akbar.
“Gue sih terserah Melody” jawab Akbar dengan singkat.
“Ayodongggg Mel!” pinta Sonya.
“Iya deh..” jawabku dengan pelan.

                                                ***

“Ah gila, aku harus ngeliat mereka berdua pacaran didepan mukaku gitu? Liat Sonya sebentar aja hatiku sudah sakit, bagaimana lihat mereka pacaran” panikku dalam hati.

                                                ***

“Ayodong, mau nonton apa kita?” tanya Kemal.
“The Conjuring aja beb” jawab Sonya dengan manja.
“Kalian mau nonton apa?” tanya Kemal.
“Gue udah pernah nonton. Tapi kalo Melody mau, gakpapa sih gue nonton lagi. Hehe” ucap Akbar.
“Yaudah samain aja Mal” jawabku.

Kemal membeli tiket dan memilih kursi diatas pojok kanan bioskop. Akbar duduk dipojok, aku disebelahnya, lalu Kemal, dan dipinggir Sonya.
Saat film berlangsung, aku sering menutup mataku dan menyender dibahu Kemal dengan tidak sadarnya. Karna dulu kami terbiasa nonton bersama, jadi aku sering menyender kebahunya. Akbar tidak terlalu memperhatikan film ini dan lebih fokus ke permainan yang ada dihpnya, dan Sonya lebih fokus kepada film dan popcorn yang dimakan.
‘Deggggg’
Tanganku dipegang oleh Kemal. Sepertinya Kemal refleks dan tidak menyadarinya. Oh iya kenapa dari tadi aku menyender terus ke Kemal? Padahal ada Akbar disampingku. Lagipula, Kemal kan sudah punya pacar..
“Ehh” ucapku sambil melepaskan dari genggaman erat Kemal.
“Ehhhhh, sori Mel” ujar Kemal.
Lalu aku beralih ke Akbar yang terlihat bete menonton film yang sudah ditontonnya ini.

                                                ***

“Makasih ya Bar. Udah nemenin gue” ucapku dalam perjalanan pulang.
“Iya, gue kali yang seharusnya bilang makasih. Eh Mel, gue boleh nanya gak?” tanya Akbar.
“Hahahah, nanya aja lagi” jawabku.
“Lo suka sama Kemal ya?”
*Deggg, kok Akbar ngomong gitu sih?*
“Enggaklahhhhhhh. Gila aja, haha. Dia kan sahabat gue” jawabku dengan pelan dan sedikit tertawa.
“Tapi kok gue liat, lo agak dieman akhir-akhir ini sejak Kemal jadian sama Sonya” ucap Akbar sambil mulai mengendarai mobil yang dibawanya.
“Hahaha, jadi lo selama ini perhatiin gue ya. Tjiyeee Akbar ketauan nih ye...” jawabku. Sebenarnya aku hanya ingin mencari topik baru selain Kemal, makanya aku mengalihkan pembicaraan.
“Yeee pede abis loo” canda Akbar.
“Hahahha” tawaku memecahkan kesunyian dalam mobil itu.

Mobil hitam yang dibawa Akbar pun tak lama sudah sampai didepan halaman rumahku. Papah masih di Singapure, jadi aku tidak perlu khawatir seandainya pulang larut malam. Tapi ini masih jam 8 malam kok, jadi tidak terlalu larut.
“Makasih ya Bar. Udah ngejemput, nemenin, traktirin, nganterin pulang. Makasih untuk hari ini” ucapku dengan senyum.
“Iya. Eh Mel.....” ucap Akbar terputus-putus.
“Kenapaa?” tanyaku.
“Lo udah jadi cewek gue nih sekarang?” tanya Akbar.
*heninggg*
“Dih emang lo udah nembak guee?” ledekku.
“Hmm, Melody Diasti Putri, maukah kau menjadi pacarku? Untuk menemaniku, untuk mendengarkan celotehanku, untuk menjagaku, dan untuk selalu membuatku tersenyum?” tanya Akbar dengan sungguh-sungguh dan sembari tersenyum.
“Ihh lebay bangettt. Hmm gimana yaa?” ledekku.
Mata Akbar memohon untuk segera dijawab pertanyaannya.
“Okedaiiii” jawabku singkat.
Terlihat senyum diwajah Akbar. Lalu Akbar membukakan pintu mobil untuk ku keluar. Dan sebelum aku masuk ke rumah, Akbar mencium keningku lalu mengucapkan “Good Night Sweety. I love you”
Aku hanya membalas dengan senyuman.

                                                ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbenah Diri

Hasil Akhir Pemilu: Demokrasi Tumbuh

Dicari: Hadirnya Jiwa dan Raga